Selasa, 17 Maret 2015

TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARAN KONVENSIONAL UNTUK PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

            Teknik-teknik pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang digolongkan konvensional adalah teknik-teknik pembelajaran yang relatif sudah lama dikenal. Diantaranya adalah ceramah, Tanya jawab, diskusi kelompok, tugas demonstrasi, bermain peran, praktik, visitasi, dan magang. Meskipun teknik-teknik merupakan teknik yang digunakan orang sejak lama, namun teknik-teknik tersebut masih bias dimanfaatkan dewasa ini. Hal tersebut dikarenakan adanya kelebihan-kelebihan tertentu pada teknik-teknik yang bersangkutan. Masing-masing teknik akan dijelaskan gambarannya, kelebihan dan kekurangan, contoh implementasinya dan saran-sarannya yang perlu dipertimbangkan.

1. Ceramah. 
      Ceramah sebagai sebuah teknik penyampaian didalam pembelajaran tepat digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi atau pengetahuan yang baru. Jika sebuah pembelajaran dimaksudkan untuk menyampaikan konsep baru bagi peserta didik, maka penggunaan ceramah beralasan. Tetapi tidak demikian hanya jika pembelajaran dimaksudkan untuk mendalami konsep yang sudah diketahui. Penjelasan untuk mengantar pembelajaran, yang dilakukan di tengah atau akhir pembelajaran, memang menggunakan ceramah tetapi ceramah semacam ini bukan merupakan teknik utama dari pembelajaran yang bersangkutan. Meskipun demikian, dalam menyampaikan konsep atau fakta baru seorang tenaga pengajar tidak bisa melakukannya secara asal-asalan. Kegiatan berceramah merupakan kegiatan yang mudah membuat peserta didik bosan atau jenuh. Oleh karena itu kegiatan ini sebetulnya tidak terlalu mudah jika diinginkan agar tujuannya selalu tercapai. Untuk bisa melakukan kegiatan ceramah dengan baik, seseorang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman. 
        Dari pengalaman itu seseorang mempunyai seni atau kiat-kiat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kebolehannya dalam berceramah. Oleh karena itu seseorang yang kurang berpengalaman atau kurang mempunyai wawasan tentang bagaimana cara menyampaikan informasi yang jitu tidak akan bisa melaksanakannya dengan baik. Memang ada orang yang tanpa memerlukan banyak pengalaman bisa berceramah dengan sangat baik. Akan tetapi hal ini tentu dikarenakan adanya bakat pada seseorang yang bersangkutan. Persoalannya, tidak semua orang memiliki bakat seperti itu. Oleh karena itu setiap calon pendidik PLS harus belajar untuk menguasai kemampuan penyampaian informasi yang baik. Salah satu kelebihan teknik ceramah adalah dimilikinya fleksibilitas dari segi waktu. Artinya, waktu yang diperlukan bisa panjang ataupun pendek, hal itu sesuai dengan kebutuhan, serta mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Namun demikian harus diakui bahwa agar bisa efektif, penceramah perlu memiliki sejumlah kelebihan disbanding kelompok yang diajak bicara dan memiliki daya pesona terhadap mereka. Selain itu penceramah perlu menggunakan sejumlah analog, tingkat kebahasaan yang tepat bagi audiens dan urutan gagasan yang logis dalam presentasinya. 
           Selanjutnya penyaji juga perlu memperhatikan peserta didik sepanjang penyajiannya. Selain kelebihan sebagaimana disebutkan diatas, teknik ceramah memiliki beberapa kekurangan. Diantaranya adlah sangat mudah membuat audiens pasif, bosan, salah paham, dan lupa terhadap apa yang disampaikan penceramah. Kerawanan ini terutama diakibatkan oleh cirri khas teknik ceramah yang cenderung menggunakan komunikasi satu arah. Penceramah yang berbakat mungkin masih bisa mengurangi kelemahan-kelemahan ini karena mampu memukau audiens dengan volume dan irama suaranya, mampu memilih konten dan kiat-kiat yang sangat menarik, mampu mengambil hati audiens, dan sebagainya. Akan tetapi tentu tidak banyak orang berbakat seperti itu, apalagi orang yang masih kurang berpengalaman dalam berceramah di depan orang banyak. 
        Dengan demikian, ceramah pada dasarnya berlaku tidak hanya berlaku untuk pendidikan formal, melainkan juga untuk PLS. dalam tipe program developmental, institusional, maupun informasional ketika seorang tutor, fasilitator atau trainer perlu menyampaikan informasi baru, teknik ini diperlukan. Karena itu setiap pendidik PLS nharus bisa menyampaikan penjelasan apapun dengan baik kepada pesrta didiknya. Akan tetapi memang, dalam tipe program informational, teknik ini perlu di kemas secara khusus. Tipe program informasional mempunyai target tersampaikannya informasi ke audiens atau peserta didik dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, pendidik PLS di tuntut menguasai strategi penyampaian dan pengelolaan informasi yang ditujukan kepada beraneka ragam audiens terutama dalam program informational.

2. Tanya Jawab
       Teknik Tanya jawab merupakan sebuah teknik yang juga sangat sering di gunakan di dalam pembelajaran. Hal ini dapat dimengerti karena teknik ini mampu membangkitkan partisipasi peserta didik secara optimal. Maksud utama penggunaan teknik ini sebetulnya adalah agar peserta didik lebih memahami atau mendalami sebuah konsep atau prinsip yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi teknik ini bukan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi baru, melainkan untuk memantapkan pemahaman peserta didik tentang informasi-informasi yang telah diketahui. Tanya jawab dapat digunakan sebelum atau sesudah penggunaan teknik yang lain terutama ceramah. Pendidik dapat mengajukan sejumlah pertanyaan terlebih dahulu sebelum peserta didik mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk merangsang kemauan atau keberanian mereka mengajukan pertanyaan.atau dapat juga di balik, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh pendidik, terutama jika para peserta didik tampak cukup memiliki keberanian atau sikap kritis. Dalam kaitan ini ada beberapa kiat yang dapat dikemukakan disini. Sejauh mungkin perlu di hindari sikap atau kata-kata serta jawaban yang dapat melemahkan motivasi peserta didik untuk bertanya.
          Dalam memberikan pertanyaan pun, peserta didik yang tampak memiliki kesulitan untuk menjawab sebaiknya tidak perlu di paksa atau di tunggu karena bisa menghabiskan waktu. Lebih baik pertanyaan di ulang ddengan kata-kata atau kalimat yang lain (parafrase), diberi rambu-rambu yang menggiring, atau meminta pesera didik yang lain untuk membantunya. Selanjutnya pertanyaan juga bisa di alihkan kepada peserta didik yang lain secar bijak, dalam arti menjauhkan diri dari kemungkinan menimbulkan ketersinggungan. Terkait dengan bahan pembelajaran, teknik ini biasanya digunakan setelah penjelasan selesai diberikan. Hal kini dilakukan dengan maksud untuk melacak bagian-bagian mana dari materi yang telah dijelaskan masih belum dipahami atau di kuasai dengan baik oleh peserta didik. Selain itu juga bisa digunakan untuk mengarahkan atau mengintensifkan pemahaman peserta didik tentang bagian atau materi-materi tertentu, sehingga pemahaman mereka menjadi betul-betul lebih mantap.

3. Diskusi Kelompok
         Yang dapat di golongkan diskusi kelompok antara lain adalah diskusi terstruktur, diskusi forum terbuka, dan panel. Diskusi terstruktur merupakan sebuah diskusi yang membahas sebuah masalah atau menyusun suatu rencana yang telah ditentukan. Diskusi ini selain member manfaat terhadap kelompok untuk memperoleh masukan terkait topik diskusi juga meningkatkan motivasi dan kepekaan partisipan terhadap permasalahan bersama. Selanjutnya diskusi forum terbuka atau diskusi tak terstruktur merupakan forum diskusi yang dapat digunakan untuk menyuarakan opini atau frustasi. Yang sangat penting untuk sejauh mungkin dihindari dalam forum diskusi ini adalah kemungkinan terdominasinya diskusi oleh orang-orang tertentu saja.
          Moderator di tuntut untuk betul-betul lihai dalam mengemudikan jalannya diskusi agar partisipasi audiens lebih merata dan apa yang menjadi hajat kegiatan ini betul-betul tercapai. Sebaliknya panel merupakan sebuah diskusi yang membahas sebuah topik dan menampilkan beberapa ahli untuk memberikan sudut pandang masing-masing tentang topik tersebut sehingga secara logis berbagai pandangan para ahli tersebut membentuk suatu kesatuan pembahasan yang utuh tentang topik dimaksud. Audiens biasanya kurang mendapatkan kesempatan yang merata dan leluasa untuk berpartisipasi dalam pembahasan itu. Oleh karenanya agar lebih efektif, maka pemberian porsi Tanya jawab terhadap partisipan dalam forum panel ini perlu betul-betul diupayakan agar audiens bisa mendapatkan kesempatan berpartisipasi sehingga merasa lebih puas dalam mengikuti audisi ini.

4. Tugas Pemberian tugas.
             Pada peserta didik sebenarnya sudah bukan merupakan hal yang baru dalam pendidikan, termasuk didalam kegiatan PLS. namun demikian hal ini masih tetap di pakai hingga sekarang karena manfaat dan keunggulannya. Secara psikologis pemberian tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dapat memberi pengalaman yang sangat edukatif. Dengan tugas tersebut peserta didik memperoleh kesempatan untuk menghadapi sebuah tantangan ataupun latihan untuk mengerjakan hal-hal tertentu. Kesempatan tersebut bisa menambah pengalaman, menambah wawasan, menimbulkan inspirasi baru, bahkan tak terlupakan di sepanjang hidup.
          Pengalaman tersebut akan selalu diingat atau dijadikannya rujukan pada setiap kali dia melakukan tugas sejenis di kesempatan-kesempatan berikutnya. Berbeda dengan tugas dalam pekerjaan yang sesungguhnya, tugas dalam rangka pembelajaran merupakan sebuah latihan sehingga peserta didik mengerjakannya tidak berada didalam keadaan yang berisiko penuh. Pendidik bisa mengatur kesesuaian tugas yang diberikan dengan kemampuan peserta didik. Didalam sebuah keluarga, seorang ayah menyuruh anaknya membantu panitia qurban di masjid dekat rumah untuk menangani penyembelihan hewan qurban dan mengurus pembagian dagingnya ke pihak-pihak yang berhak. Di lingkungan bisnis, seorang manajer menugaskan seorang staf berabakat dan sengaja di kader untuk mewakilinya memimpin sebuah meeting. Di lembaga pendidikan, seorang pamong belajar senior sengaja menugasi seorang pamong belajar yunior untuk menggantikannya mengelola sebuah pelatihan. Seorang dosen menugasi beberapa mahasiswanya untuk mengelola sebuah kegiatan kepanitiaan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya.

5. Demonstrasi
          Demonstrasi diartikan sebagai sebuah teknik yang digunakan pendidik untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang sebuah proses, alur peristiwa, mekanisme, atau prosedur dari sesuatu hal kepada peserta didik dengan jalan menunjukkannya secara visual atau peragaan. Peran peserta didik dalam hal ini memang sebagai pengamat. Tetapi pendidik bisa membuat pertunjukannya sedemikian rupa sehingga menarik. Teknik ini memang tepat untuk menunjukkan cara kerja dari sesuatu hal dengan menonjolkan gerakan fisiknya, namun demikian teknik ini juga bisa digunakan untuk hal – hal yang berkenaan dengan ketrampilan psikologis termasuk ketrampilan interpersonal (hubungan antar pribadi), misalnya prosedur wawancara, konseling, interogasi bahkan mengajar. Pertunjukan disii tidak cukup hanya dilakukan dalam bentuk penjelasan lisan yang ditunjang oleh foto atau gambar tidak bergerak (still Picture).
      Agar demonstrasi menjadi lebih efektif, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih bahan, menyiapkan perangkat yang diperlukan secara lengkap dan siap pakai, serta menyelenggarakan pertunjukan secara terampil, lancer dan betul – betul menarik. Agar kegiatan terlaksana dengan baik, beberapa kiat yang perlu diperhatikan, yang pertama prosedur atau proses yang akan didemonstrasikan dirinci terlebih dahulu kedalam beberapa bagian, komponenn atau tahapan, kemudian ditunjukkan secara kongkret komponen demi komponen atau tahapannya. Hal ini merupakan tuntutan jika prosedur atau mekanisme yang ingin didemonstrasikan menjadi lebih jelas. Kedua, ketika melakukan demonstrasi pendidik harus yakin bahwa bahwa semua peserta didik betul – betul mengikutinya dengan seksama. Ketiga, sebelum pelaksanaan demonstrasi perlu di check apakah perangkat yang akan digunakan sudah betul – betul lengkap dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Keempat, peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba atau mempraktekkan proses atau prosedur yang didemonstrasikan tersebut. Teknik ini sangat sesuai untuk tipe program institusional, yang memiliki target penguasaan kompetensi atau ketrampilan oleh peserta didik. Penguasaan kompetensi menuntut praktik, dan praktik akan lancar apabila peserta didik memperoleh pemahaman konkrit sebelumnya tentang prosedur kerja atau ketrampilan yang harus dipraktikkan dan dikuasai tersebut. Dengan demikian, peran teknik demonstrasi sangat besar dalam rangka penguasaan suatu kompetensi atau ketrampilan. Demonstrasi memang dapat membuat kejelasan yang optimal pada peserta didik tentang sesuatu prosedur, peristiwa, ataupun konsep.

6. Bermain peran
             Bermain peran atau role play merupakan teknik pembelajaran yang bertujuan mengembangkan rasa empati peserta didik dengan jalan menugasi mereka untuk memainkan peran – peran tertentu yang diambil dari sebuah contoh situasi nyata. Latihan bermain peran menuntut pendidik untuk mendisain naskah sederhana tentang sebuah situasi dimana peserta didik harus menemukan peran yang cocok untuk dirinya serta melakukan improvisasi dalam merealisasikan actingnya. Teknik bermain peran merupakan teknik pembelajaran lama, tetapi bisa dimodifikasi menjadi sebuah teknik baru. Caranya adalah dengan memanfaatkan kegiatan seni drama untuk menyampaikan pesan – pesan pendidikan tertentu.

7. Praktek Tugas.
          Praktek pada dasarnya merupakan tugas yang sangat baik diberikan saat akhir sesi pembelajaran. Tugas ini membuat pembelajaran menjadi lebih efektif ketimbang pembelajaran yang hanya membuat peserta didik paham akan suatu keterampilan. Aplikasi ketrampilan tersebut merupakan tanggungjawab pendidik. Pendampingan dalam proses aplikasi tersebut dapat membuat peserta didik mengetahui persis dan mengalami sendiri apakah mereka betul – betul bisa mengimplementasikan ketrampilan tersebut. Pertanda ketercapaian tujuan pembelajaran adalah berupa ketepatan performansi peserta didik dalam mengaplikasikan secara nyata ketrampilan yang telah dipelahjari dihadapan pendidik. . bukti tepatnya perubahan perilaku ini merupakan bukti autentik untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai. Balikan yang positif akan mendorong keingin tahua mereka untuk mengetahui lebih lanjut tentang keterampilan tersebut, bahkan dapat mendorong mereka untuk mengulangi kembali praktik yang telah berhasil mereka lakukan sehingga kemampuannya menjadi semakin meningkat dan berkembang.

8. Visitasi.
           Visitasi merupakan teknik pembelajaran yang bermanfaat untuk menambah wawasan peserta didik. Teknik ini perlu direncanakan dengan baik, perjalanannya diarahkan ke obyek yang diminati peserta didik, agendanya didesain secara tuntas.Visitasi dapat berbentuk study tour, kuliah kerja, ataupun kunjungan ke best practice (contoh praktek terbaik). Kunjungan best practice merupakan kegiatan yang sangat berguna, terutama peserta didik yang mengembangkan suatu produk. Melalui kunjungan best practice, peserta didik bisa melihat contoh nyata tentang pola penyelenggaraan yang sangat baik dari sutu program beserta produknya dan dapat dijadikan rujukan. Visitasi lapangan sebenarnya memang tidak sekedar untuk rekreasi yang dikesankan orang selama ini, unsure rekresi memang tidak harus dihilangkan, dan unsure ini memang diakui bermanfaat. Tetapi kalau tujuann dan hsilnya menjadi semat – mata rekreasi, maka kegiatan tersebut tentu telah mengalami penyimpangan karena substansi edukatifnya menjadi hilang. Oleh karena itu dalam merancang visitasi lapangan harus dirancang dan dikawal agar kegiatan tersebut betul – betul sesuai fungsinya.

9. Magang
         Magang merupakan kegiatan belajar dalam bentuk bekerja ditempat kerja sesungguhnyayang dilakukan peserta didik atas bimbingan professional ditempat kerja tersebut. Teknik pembelajaran ini teknik paling kuno, namun sampai sekarang masih up to date. Teknik ini didigunakan dengan maksud agar peserta didik menghayati dan menguasai bidang pekerjaan tertentu dan dilakukan dengan cara terjun langsung dalam pekerjaan tersebut. Dengan demikian disana dia belajar sambil bekerja (learning by doing). Magang pada dasarnya bisa berakhir sewaktu – waktu, tetapi jika diakhiri peserta didik telah betul – betul menguasai pekerjaan yang dipelajarinya ditempat magang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar